Sabtu, 10 Januari 2009

VONIS ALIRAN SESAT MENJAGA UMAT ATAU MENJAGA GENGSI

(Tanggapan Untuk Galib Mas’ud, atas Tulisannya: Aliran Sesat Trend atau Popularitas)*
Oleh : M. Syaeful ‘Uyun


VONIS aliran sesat, belakangan ini kerap kali kita dengar dilontarkan para pemuka agama kita, tehadap kelompok agama yang fahamnya dianggap bertentangan dengan faham pemuka-pemuka agama umumnya. Terhadap kelompok Ma’di, di Palu, Sulteng, misalnya, kasusnya baru saja mengemuka, media sudah mengutip opini para pemuka agama kita, bahwa kelompok Ma’di di Palu, Sulteng, adalah aliran sesat. Sebagian media kita bahkan menulis Ma’di, dengan kata Mahdi, menisbahkannya dengan tokoh Mahdi yang ditunggu-tunggu umat Islam.

Sejak kelompok anti Ahmadiyah dibawah pimpinan Habib Abdul Rahman Assegaf, yang menamakan gerakannya sebagai jihad dan mengatasnamakan Islam dan Umat Islam Indonesia, menyerang Kantor Pusat Ahmadiyah di Kemang, Parung, Bogor, Jabar, 15 Juli 2005 lalu, melalui media – cetak maupun elektronik, kita mendengar, para pemuka agama kita serentak menghakimi dan memvonis Ahmadiyah sebagai aliran sesat dan menyesatkan, dan berada diluar Islam. Buntut dari vonis sesat para pemuka agama kita itu, umat Islam menjadi brutal, dan warga Ahmadiyah di Kabupaten Bogor, Cianjur, Majalengka, Garut, Kuningan, Bulukumba, hingga Mataram, NTB, terpaksa harus mengalami penganiayaan dan kekerasan fisik, bahkan diusir dari kampung halamannya. Masjid-masjid dan rumah-rumah mereka dibakar, dihancurkan, dan harta benda mereka dijarah. Lahir kesan dalam benak umat, jika kelompok yang sudah di vonis ulama sebagai sesat, maka harta dan darah mereka, halal untuk dijarah dan ditumpahkan.

Yang Ironis, para pemuka agama kita yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI), bukannya memfatwakan bahwa tindakan menyerang, menghancurkan dan membakar masjid-masjid dan rumah-rumah milik warga Ahmadiyah itu bertentangan dengan ajaran Islam, sesat dan menyesatkan. Tetapi, justru, Ahmadiyah yang di fatwa sebagai kelompok yang berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan. Dua kali sudah Ahmadiyah mendapat fatwa kafir dalam kurun 25 tahun terakhir.

Serangan terhadap Ahmadiyah dengan isu sebagai aliran sesat menyesatkan dan berada diluar Islam, terus berlanjut hingga isu flu burung, demo kenaikan BBM, tertangkapnya gembong teroris, Dr. Azhari, Antrax, Demam Berdarah, Hantu Cekik, Cikungunya, Gizi Buruk, dan kelaparan Yahukimo, menggantikan posisinya dalam Hedline News media cetak maupun elektronik di tanah air ini.

Terakhir, ditengah gencarnya isu Flu Burung, Antrax, DB, Hantu Cekik, Gizi Buruk, kelapan Yahukimo, isu Ahmadiyah sebagai aliran sesat masih juga mengemuka. Kali ini, datang dari Galib Mas’ud, Ketua Yayasan Pesantren Husnayain, Mamuju, Sulbar, melalui Harian Tribun Timur. Menurut Galib, Mirza Ghulam Ahmad sama sesatnya dengan Marsuki Badra, mantan Guru di Sidereng Rappang, Sulawesi Selatan. Meskipun ajaran yang dikembangkan Marsuki Badra lebih berbahaya dari Ajaran Ahmadiyah, tetapi, kata Galib, keduanya sama-sama mengajarkan aliran sesat dan menyesatkan, menipu dengan pembohongan publik, melakukan pembajakan dan penafsiran Al-Qur’an secara keliru, serta menampilkan tokohnya sebagai sentral figur. Perbedaannya, Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri dan penyebar ajaran Ahmadiyah menisbahkan dirinya sebagai Nabi dan Rasul serta menyatakan dirinya Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu dengan Kitab Tadzkirah sebagai kitab sucinya. Sedangkan Marsuki Badra menyatakan dirinya sebagai penjelmaan Allah dalam bentuk manusia dengan tetap menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab sucinya dengan penafsiran yang membabi buta. Galib juga menilai, tindakan Kejaksaan Tinggi Negeri Sidereng Rappang, melalui surat Nomer: Kep-172/N.316.3/1986, adalah sangat tepat. Hal yang sama, seharusnya dilakukan kepada Marsuki Badra. (Lihat, Tribun Timur, Edisi Sabtu, 17 Desember 2005, Opini, hal.16).

Senaif dan senista itukah Ahmadiyah, sehingga ia pantas dan layak di vonis berada diluar Islam, sesat menyesatkan dan diberangus untuk selama-lamanya? Opini berikut, saya kita pantas saya angkat sebagai perbandingan.

Pernyataan Jujur
Bung Karno : “Maka oleh karena itulah, walaupun ada beberapa fasal dari Ahmadiyah tidak saya setujui dan malahan saya tolak, ...... , tokh saya merasa wajib berterima kasih atas faedah-faedah dan penerangan-penerangan yang telah saya dapatkan dari mereka punya tulisan-tulisan yang rasional, moderen, broad minded dan logis itu” (Di Bawah Bendera Revolusi:346).

Muhammad Akram, MA : “Pengaruh Jemaat Ahmadiyah memang jauh sekali. Ini disebabkan kepercayaan Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan pengikutnya, bahwa jihad dengan pedang bukanlah masanya sekarang. Yang diperlukan ialah jihad dengan pena, jihad dengan lisan dan tulisan. Pendirian mereka ini tidak sejalan dengan pendirian umat Islam lainnya, tetapi hakikat yang nyata ialah, kemampuan jihad dengan pedang tidak ada pada Ahmadiyah dan tidak pula terdapat pada umat Islam lainnya. Karena kepercayaan umum umat Islam terhadap jihad dengan pedang itu, maka akhirnya jihad ‘am dan dakwah pun tidak dilakukan. Orang Ahmadiyah yang mengaku jihad dengan dakwah itu mereka-lah yang melakukannya dengan menganggapnya sebagai kewajiban. Disini mereka berhasil dan sukses” (Maud-i-Kauthar:193-194).

Dr. H. A. Karim Amarullah : “Diatas nama Islam dan kaum Muslimin se-Dunia kita memuji sungguh kepada pergerakan Ghulam Ahmad tentang mereka banyak menarik kaum Nasrani (Kristen) masuk agama Islam di tanah Hindustan dan lain-lain tempat .....” (Al-Qaulus-Shahih:149).

Prof. Dr. Hamka : “Adapun kaum Ahmadi (Ahmadiyah), dan usahanya melebarkan Islam di Benua Eropa dan Amerika, dengan dasar ajaran mereka, faedahnya bagi Islam ada juga. Mereka menafsirkan Qur’an ke dalam bahasa-bahasa yang hidup di Eropa. Padahal zaman 100 tahun yang telah lalu masih merata kepercayaan tidak boleh menafsirkan Qur’an. Penafsiran Qur’an dari kedua golongan Ahmadiyah itu membangkitkan minat bagi golongan yang mengingini kebangkitan Islam Ajaran Muhammad kembali buat memperdalam selidikinya tentang Islam ...... “ (Pelajaran Agama Islam, Cet. T : 199).

Inilah pernyataan jujur tokoh-tokoh nasional kita, tentang Ahmadiyah, dan ini baru sebagian kecil saja yang dapat ditampilkan. Pernyataan jujur ini keluar, tentu saja, karena mereka menilai Ahmadiyah secara objektif. Buya Hamka, adalah orang pertama di negeri ini yang menyatakan Ahmadiyah berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan. Tetapi, berdasarkan pandangan objektifnya, lubuk hati terdalam Sang Buya, tak kuasa untuk dengan jujur bertutur : Ahmadiyah ada juga faedahnya bagi Islam, ........ Ya, dalam pandangan Bung Karno, Muhammad Akram, H. A. Karim Amarullah (Ayah Prof. Dr. Hamka), dan Hamka, Ahmadiyah tidak senaif dan senista seperti pandangan Galib.

Fakta Ahmadiyah Muslim
Adalah fakta, Ahmadiyah mengaku dan memilih Islam sebagai agamanya, berakidah sesuai 6 Rukun Iman, dan beribadah sesuai 5 Rukun Islam. Adalah fakta, Ahmadiyah mengucap dua kalimah syahadat -- Asyhadu an-laa ilaaha ilallaahu wa Asyhadu anna Muhammadar-Rasuululaahu, shalat, puasa, zakat dan haji ke tanah suci, Mekkah, walaupun Pemerintahan Arab Saudi melarang warga Ahmadiyah pergi menunaikan rukun Islam ke lima ke tanah suci itu. Adalah fakta, Ahmadiyah mengakui Allah sebagai Tuha-nya, Muhammad SAW., Nabinya, Al-Qur’an Kitab Sucinya, bukan Tadzkirah seperti yang dituduhkan oleh para ulama anti Ahmadiyah. Bukti, bahwa Al-Qur’an adalah kitab sucinya, Ahmadiyah telah menterjemahkan Al-Qur’an itu kedalam 100 bahasa besar dunia dan mengedarluaskannya ke seluruh penjuru dunia, dan menjadikannya sebagai pedoman hidupnya dalam setiap langkahnya. Adalah fakta, bukan Ahmadiyah yang mengakui dan meyakini Tadzkirah sebagai kitab sucinya, tetapi para ulama anti Ahmadiyah itulah yang meyakini Tadzkirah sebagai kitab sucinya. Adalah fakta, Ahmadiyah adalah organisasi Islam, yang gigih berjihad menyampaikan Dakwah Islam, menyampaikan risalah Rasulullah SAW., dengan cara-cara damai, ke seluruh penjuru dunia, mengirimkan Missionary/Muballigh ke berbagai negara ke seluruh dunia, dan mendirikan Pusat-Pusat Dakwah Islam (Masjid dan Mission House), di berbagai negeri diseluruh dunia. Adalah fakta, Ahmadiyah-lah yang membuka misi Dakwah Islam di Benua Eropa, Amerika, Afrika, Asia, Australia, hingga Kutub Utara, termasuk tak ketinggalan, di negeri tirai besi, Rusia, dan negeri tirai bambu, Cina. Dakwah Ahmadiyah, kini, telah berkembang di lebih 180 negera di dunia, dengan jumlah pengikut lebih 200 juta jiwa. Sumber resmi Ahmadiyah melaporkan, sejak tahun 1993 s/d 2000 , ada 63.214.884 (Enam puluh tiga juta dua ratus empat belas ribu delapan ratus delapan puluh empat) orang menyatakan bergabung ke dalam Islam melalui Ahmadiyah yang berasal dari berbagai belahan negara di dunia dan dari berbagai keyakinan dan agama yang berbeda. (Lihat, Edaran Khusus Jamaah Ahmadiyah Indonesia, Edisi No.33 Tahun 2000). Adalah fakta, Ahmadiyah menyajikan kajian-kajian rasional, sesuai dengan perkembangan intelegensi dan keperluan jamannya, melalui penerbitan literatur, brosur, dan buku-buku Islam dalam berbagai bahasa di dunia. Adalah fakta, Ahmadiyah telah mendirikan Stasiun TV untuk keperluan Dakwah Islam, bernama Muslim Television Ahmadiyah Internasional (MTA Internasional), mengudara 24 jam non-stop tanpa iklan, dan dengan menggunakan 8 satelite, menjangkau seluruh bulatan bola bumi. Adalah fakta, Ahmadiyah meyakini dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Utusan Allah SWT, Nabi dan Rasul yang bergelar Khaataman-Nabiyyin – Nabi Terakhir yang membawa syari’at, tiada Nabi lagi sesudahnya, kecuali semata-mata karena dan hanya mengikut Nabi Muhammad SAW., sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an (An-Nisa, 4:69). Adalah fakta, keyakinan akan datangnya Isa Al Masih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi, yang juga bergelar nabi dan rasul dan akan menerima wahyu dari lisan Jibril a.s.,-- yang oleh Ahmadiyah diyakini telah datang dalam pribadi Mirza Ghulam Ahmad, bukanlah hanya kepercayaan Ahmadiyah, tetapi juga kepercayaan umum umat Islam dan ulama-ulama Islam. Para ulama berfaham dan berkeyakinan, kedatangan Al-Masih, tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad SAW., sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa as., hanya akan melaksanakan syari’at Nabi Muhammad SAW., dan tidak bertentangan dengan Firman Allah (Qs. Al-Ahzab, 33:40), karena ia tidak akan datang dengan ajaran yang menghapuskan ajaran Nabi Muhammad SAW., namun justru akan menetapkannya dan mengamalkannya. (Lihat, Ahkam Al Fuqaha, LTN NU DIANTAMA Surabaya 2005:50-51).

Sebuah Pertanyaan
Jika faham dan keyakinan para ulama dalam hal kedatangan Al Masih dan Al Mahdi, yang juga bergelar nabi dan rasul dan mendapat wahyu dari lisan Jibril as., sesudah Nabi Muhammad SAW, itu, tidak ada perbedaan, alias sama, denga faham dan keyakinan Ahmadiyah – selisihnya hanya terletak pada : Ahmadiyah meyakini, sosok Al Masih dan Al Mahdi itu telah datang, sementara umat Islam dan ulama-ulama Islam umumnya meyakini belum datang, lalu kenapa para pemuka agama kita itu begitu sengit menentang Ahmadiyah? Dan kenapa para Ulama kita itu, alergi sekali dan mudah sekali menjatuhkan vonis/fatwa sesat, kepada kelompok/person yang tidak sealur dan tidak sehaluan faham?

Banyak jawaban bisa diberikan atas pertanyaan tersebut, tetapi tiga jawaban berikut saya pikir lebih dari cukup memadai. 1) Egois, merasa diri paling Islam, merasa diri paling tahu Kitab Suci, agaknya membayangi pikiran dan perasaan pemuka agama kita, sehingga mereka lupa dengan keyakinannya, lupa dengan pesan Rasul-Nya tentang kedatangan Al-Masih dan Al-Mahdi itu. 2) At-Tajdid-pembaharuan-pembaharuan pemikiran atas nash-nash Al Qur’an tidak berkembang. Ini bisa dimaklumi, karena wahyu ilahi-sumber ilmu yang hakiki, telah lama ditutup oleh para pemuka agama itu sendiri, dengan mengatakan, wahyu sudah terputus, tidak ada lagi wahyu setelah Nabi Muhammad SAW,. Karena itu, ketika seseorang berhasil menggali rahasia-rahasia ilmu Al-Qur’an atas bimbingan dan petunjuk wahyu-Nya, para pemuka agama kita kaget, dan kontan menganggap itu sebagai diluar Islam, sesat dan menyesatkan. 3) Vonis sesat terhadap kelompok sempalan, mencerminkan kegagalan para pemuka agama kita menjalankan fungsi dan perannya sebagai penjaga umat, sebagai penggembala. Vonis sesat hanyalah menutupi kegagalan, untuk menjaga gengsi, dengan alasan untuk menjaga kemurnian aqidah umat.

Al Qur’an mengemukakan, keunggulan Islam hanyalah mungkin dicapai dengan dakwah yang baik, nasihat yang baik dan tukar fikiran yang baik (Qs. 16:125), bukan dengan fatwa sesat dan menyesatkan. Al Qur’an juga mengemukakan , keragaman-suku, bangsa, bahasa, juga, tentu saja, dinamika pemikiran, adalah iradahAllah SWT (QS. 49:13). Allah juga membiarkan keragaman itu, dengan tujuan untuk menguji mengenai apa yang pernah diberikan-Nya, dan menganjurkan supaya mereka berlomba-lomba dalam kebaikan (QS, 5:48).

Tentunya, baik sekali, jika para pemuka agama kita mengikuti petunjuk Al-Qur’an itu, dari pada menebarkan isu berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan. Bung Galib, juga dapat berkarya : dakwah ke seluruh Benua dan Negara di dunia, menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam 200 bahasa besar dunia, melampaui karya yang telah dibuat Ahmadiyah, (100 bahasa besar dunia), ketimbang menebar isu sesat dan setuju membungkam Ahmadiyah, yang karyanya, untuk Islam, saya yakin, sudah jauh melampaui Bung Galib, bahkan MUI itu sendiri. Membungkam Ahmadiyah, dan membungkam kelompok apapun yang tidak sefaham, selain bertentangan dengan iradah Allah, juga bertentangan dengan UUD 45 Pasal 29:1-2, Deklarasi HAM PBB, Pasal 18, Deklarasi Bali, hasil Dialog Antar Agama Asia Eropa (Asia Europe Meeting Interfaith Dialogue), Juli 2005, lalu. ***






* Ditulis dan disampaikan kepada Tribun Timur, Jumat 23 Desember 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar