Kamis, 02 Juni 2011

SURATKU BUAT MENTERI AGAMA SURYA DARMA ALI

SURATKU

BUAT MENTERI AGAMA SURYA DARMA ALI

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu!

Tanpa terasa, hari-hari Ramadhan, begitu cepat berlalu. Iedul Fitri tinggal sedikit hari lagi, bahkan tinggal menunggu hitungan jam, ditambah menit dan detik.[1]

Itu berarti, rencana Bapak Menteri Agama membubarkan Ahmadiyah - seperti yang dinyatakan Bapak Menteri Agama dalam berbagai kesempatan, dan diesxpose berbagai media massa pertengahan Ramadhan, juga tinggal sedikit hari lagi, dan tinggal menunggu hitungan jam, ditambah hitungan menit dan detik.

Terimkasih, saya haturkan kepada Bapak Menteri Agama, yang telah memberi Ahmadiyah label aliran sesat, menyimpang dari ajaran Islam, dan karena itu Ahmadiyah tidak boleh membawa nama Islam dalam aktivitas mereka.

Ucapan terimkasih atas pe-label-an ini, saya sampaikan kepada Bapak Menteri Agama, dengan senang hati dan tulus. Saya meyakini Sabda Nabi Muhammad SAW : jika seorang berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka tuduhan kafir itu akan tertuju kepada salah satu diantara keduanya. Jika yang dituduh kafir itu, benar kafir, maka tuduhan itu akan tertuju kepada orang yang dituduh kafir itu. Tetapi, jika yang dituduh kafir itu bukan orang kafir - melainkan orang beriman, maka tuduhan itu akan kembali kepada orang yang mengatakan kafir itu. Dan, saya juga meyakini Sabda Nabi Muhammad SAW : membicarakan dan mengolok-olok, akan mengurangi dosa orang yang dibicarakan dan di olok-olok. Jika label yang diberikan Bapak Menteri Agama benar, pahalanya sepenuhnya menjadi hak Bapak Menteri Agama. Namun, jika label yang diberikan Bapak Menteri Agama salah - Ahmadiyah tidak seperti yang di-label-kan Bapak Menteri Agama, maka dosa-dosa saya akan diambil Allah dan akan dipindahkan menjadi hak Bapak Menteri Agama. Bulan puasa adalah bulan pensucian diri. Saya yakin, label yang diberikan Bapak Menteri Agama, akan membantu saya mencapai pensucian diri itu, insya Allah.

Terimakasih, juga saya haturkan kepada Bapak Menteri Agama, yang telah menjastifikasi dan mendiagnosa, Ahmadiyah dibiarkan, konflik terus terjadi. Karena itu, langkah pembubaran merupakan pilihan terbaik untuk meredam potensi konflik horizontal antar penganut agama di level akar rumput, dan untuk itu, pembubaran akan segera dilakukan sesudah lebaran.

Ucapan terimakasih atas jastifikasi dan diagnosa ini, saya sampaikan kepada Bapak Menteri Agama, juga dengan senang hati dan tulus. Saya ingin sekali segera menyaksikan kebenaran jastifikasi dan diagnosa Bapak Menteri Agama yang satu ini. Apakah setelah Ahmadiyah dibubarkan tidak akan ada lagi aksi-aksi anarkis kelompok-kelompok Islam radikal yang memang sudah menjadi watak dan karakternya, hingga menghalalkan bom bunuh diri, ataukah akan semakin merajalela. Apakah Indonesia akan makin aman atau makin kacau balau tidak terkendali, kita tunggu sesuai jastifikasi dan diagnosa Bapak Menteri Agama.

Terkait rencana pembubaran Ahmadiyah, tanggapan saya, (meminjam motto kampanyenya Presiden SBY), singkat saja : Lanjutkan!

Pendiri Ahmadiyah menerima ilham dari Allah SWT : “Aku (Allah), akan menolong siapa yang menolongmu, dan Aku (Allah), akan menghinakan siapa yang menghinakanmu”.

Selama hampir 30 tahun menjadi Ahmadiyah, saya sudah berulang-ulang menyaksikan kebenaran ilham yang diterima Pendiri Ahmadiyah itu. Begitu pula ribuan bahkan jutan warga Ahmadiyah yang lain yang tersebar diberbagai belahan penjuru dunia.

Saat ini, kebetulan, saya sedang ingin menyaksikan lagi, dan ingin menikmatinya lagi penampakan kebenaran ilham itu. Oleh karana itu, kepada Bapak Menteri Agama, sebagai penggagas pembubaran Ahmadiyah setelah Iedul Fitri/Lebaran ini, dengan senang hati dan tulus, saya katakan : Lanjutkan!

Namun, sebelum Bapak Menteri Agama merealisasikan rencana pembubaran Ahmadiyah itu, izinkan saya menyampaikan sebuah fakta dan sebuah pertanyaan, sekedar untuk bahan pengetahuan, sbb :

1. Demi Allah, saya meyakini, tiada Tuhan selain Allah.

2. Demi Allah, saya meyakini, tiada agama yang benar disisi Allah, kecuali Islam.

3. Demi Allah, saya meyakini, Rasulullah Muhammad SAW., adalah Khaataman-Nabiyyin - Nabi terakhir, penutup segala nabi, tidak akan ada lagi nabi sesudahnya, baik nabi lama atau pun nabi baru. Umat Islam meyakini, Nabi Muhammad SAW., adalah nabi terakhir, tidak akan ada lagi nabi sesudahnya. Tetapi mereka (saya yakin, tak terkecuali Bapak Menteri Agama), meyakini, kelak diakhir zaman, akan datang lagi Nabi Isa as, nabi yang pernah diutus Allah SWT., kepada Bani Israil. Plin-plan. Saya (Ahmadiyah) meyakini, karena Rasulullah SAW., adalah Khaataman-Nabiyyin, maka sesudah beliau tidak akan ada dan tidak boleh lagi datang nabi, baik nabi lama atau pun nabi baru.

4. Demi Allah, saya meyakini, tiada Kitab Suci yang benar disisi Allah SWT, kecuali Al-Quran”.

5. Demi Allah, saya meyakini 6 rukun Iman, dan berusaha maksimal mengamalkan 5 rukun Islam.

6. Demi Allah, tiada kalimah Syahadat saya, kecuali : Asyhadu al-laa-ilaaha illallaahu wahdahu laa syarikalahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa Rasuuluhu, -- saya bersaksi, tiada Tuhan selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi, sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya Rasul-Nya.

Selain memiliki enam keyakinan diatas, saya juga mempunyai sepuluh butir pola kehidupan Islam, yang oleh Pendiri Ahmadiyah, saya dituntun dan diminta berjanji untuk mengamalkannya, antara lain, sbb:

  1. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik.
  2. Akan senantiasa mengindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
  3. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa menegakkan Shalat Tahajjud, dan mengirim salawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah s.a.w. dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukurinya dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
  4. Tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun yang tidak ada pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apa pun juga.
  5. Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah atau pun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala. Dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
  6. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Qur’an Suci di atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.
  7. Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti yang halus, dan sopan-santun.
  8. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencinatai Islam lebih daripada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
  9. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya.
  10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud a.s.” semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja.

Pertanyaan saya ialah, apakah orang yang berakidah dan mengamalkan sepuluh butir pola kehidupan Islam seperti ini, masih juga dikatakan menyimpang dari Islam, sesat, dan karenanya dienyahkan dari bumi Indonesia?

Bapak Menteri Agama, jika Bapak mengatakan ya, ini adalah penyimpangan dari Islam, sesat, dan harus dienyahkan dari bumi Indonesia, maka saya tidak tahu lagi, akidah Islam macam apa yang difahami, dianut, diamalkan dan dikembangkan Bapak Menteri Agama. Jika, Bapak Menteri Agama, memandang enam keyakinan saya, ditambah sepuluh butir pola kehidupan Islam, yang oleh Pendiri Ahmadiyah, saya dituntun dan diminta berjanji untuk mengamalkannya, sebagai bukan Islam, sesat dan menyesatkan, dengan senang hati dan tulus, saya menerima label bukan Islam, sesat dan menyesatkan itu.

Dan, jika karena label yang diberikan Bapak Menteri Agama itu, saya (baca: Ahmadiyah), harus dienyahkan dari bumi Indonesia, dengan senang hati dan tulus, saya persilahkan Bapak Menteri Agama untuk mengenyahkan saya (Ahmadiyah), dari bumi Indonesia. Saya senang dan ikhlas diberi label bukan Islam dan dienyahkan dari bumi Indonesia, karena meyakini Islam dan beramal sesuai dengan pola ajaran Islam.

Semarang, 08 September 2010/29 Ramadhan 1431H

Wassalam,

(H. Muhammad Syaeful ‘Uyun)

Tembusan disampaikan kepada :

  1. Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
  2. Jaksa Agung RI, Hendarman Supanji, SH
  3. Menteri Dalam Negeri RI, Gamawan Fawzi
  4. Umur Kharijiah PB JAI, H. Mubarik SH
  5. Hans Wijaya/Kabar Indonesia


[1] Surat ini dibuat, Rabu, 08 September 2010, ba’da shalat tarawih, dan setelah Menag RI mengumumkan Iedul Fitri 1431H, jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar